Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Persatuan dalam Bingkai Keberagaman

             Negara Kesatuan Republik Indoenisa (NKRI) merupakan salah satu negara yang menerapkan hukum demokrasi dengan konstitusi sebagai nilai dasar dan acuan dalam bernegara. Indonesia tidak lahir dari persamaan persepsi maupun singkatnya perjuangan para pahlawan, tetapi indonesia hadir dengan ribuan sejarah dan berbagai pengalaman yang ditorehkan oleh para pejuang. Berbagai perbedaan menjadikan dorongan dan semangat untuk menggapai tujuan bersama, bermacam cara dan tahapan dapat dilalui walaupun adanya perbedaan antar golongan, seperti musyawarah, diskusi dan forum perdebatan. Sejarah dan pristiwa masa lalu menjadi dampak perubahan pada masa millenium abad 21, hal ini dapat dilihat dari banyaknya partai, ormas, kelompok dan OKP-OKP (organisasi kepemudaan) yang berkembang dan berdiri di Indonesia, hal ini tidak menjadikan Indonesia sebagai negara yang lemah maupun miskin tetapi justru dengan perbedaan itu dapat mejadi kekuatan besar dalam menyokong perubahan dan pembangunan. Pemuda menjadi promotor utama dalam gerakan perubahan di berbagai sektor, mulai dari sektor ekonomi, budaya hingga penggiringan opini masyarakat. Sejarahpun mencatat peristiwa yang menjadi tonggak perjuangan dan semangat bagi masyarakat Indonesia adalah sumpah pemuda yang sumpah ini selalu diperingati hingga saat sekarang. Peristiwa sumpah pemuda slelau diperingati 28 okober setiap tahunnya.

Sumpah pemuda tidak hanya simbol perjuangan untuk anak muda saja tetapi menjadi awal pergerakan semangat bagi rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat peserta yang hadir dalam peristiwa sumpah pemuda tersebut yang tidak hanya terdiri dari anak anak muda tetapi justru berbagai golongan dan kelompok, mulai dari kalangan muda dan golongan tua, dan pemaknaan dari sumpah pemuda bukan bentuk fisik tetapi semangat perjuangan seluruh golongan seperti semangat nya anak muda. Perubahan dapat dilakukan oleh anak muda yang semangat dan mempunyai optimisme yang tinggi dalam melakukan perubahan. Penting memberikan pemahaman yang benar terhadap pemuda dalam memahmi perbedaan, tidak jarang berbagai gejolak peristiwa terjadi karena perbuatan yang dilakukan anak muda. Pergerakan yang anarkis tidak hanya dijadikan  sumber pembawa kepentingan tetapi juga membuat kesempatan terhadap peluang yang diinginkan.

Pendidikan sangat penting untuk anak muda, di dalam buku pemikiran ahli pendidikan dunia menjelaskan bahwa Hamka membagi antara pendidikan dan pengajaran. Pendidikan tidak hanya sekedar pengetahuan tetapi teradapat nilai dasar yang sangat fundamental yaitu velue (nilai), nilai-nilai ini yang akan membentuk karakter diri dan jiwa kepemimpinan yang baik, sedangkan pengajaran adalah transfer of knowledge kepada peserta didik. (Suwito:2003) Ketika sekolah itu hanya memberikan pengajaran maka akan datang pada masa krisis moral dan etika, islam mengajarkan bahwa “etika lebih tinggi dari pada ilmu”, agama lainpun mengajarkan bahwa beretika dan bertingkah laku baik lebih tinggi dari pada ilmu dan wawasan yang dimiliki.

Penulis akan menggambarkan bagaimana dengan berilmu pengetahuan dan berwawasan di lengkapi dengan etika yang baik maka akan dapat memperkuat dan mempersatukan perbedaan, seringkali perbedaaan pemahaman membawa kepada perpecahan dan kehancuran, hal ini dapat dilihat dari sayap pergerakan ormas (organisasi masyarakat) yang terjadi baku hantam di lapangan karena persolan perbedaan pemahaman terkait pelaksanaan ibadah. Kesalahan ini bukan merupakan sebab dari ormas itu sendiri tetapi dangkalnya pengetahuan dan wawasan dalam memahami setiap perbedaan yang ada. Pada tulisan ini penulis akan mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai perbedaan dan konflik yang tejadi di lapangan yang disebabkan perbedaan pemahaman dan tidak jarang terjadi kekerasan, dan kekerasan ini dilakukan oleh pemuda yang memiliki gejolak semangat yang luar biasa tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang mendalam. Kesimpulan dan saran dari kasus yang akan penulis jelaskan juga dapat digunakan untuk memahami kasus-kasus lain yang kebanyakan terjadi karena perbedaan pemahaman.

Muhammadiyah Dan Nahdatul Ulama

Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama” (NU) merupakan dua organisasi besar yang berkembang di Indonesia. Dua organisasi ini telah memberikan pengaruh berbagai element penting di negara Indonesia, hal ini dapat dilihat banyak menteri maupun pejabat yang berasal dari dua ormas ini. Muhammadiyah dan NU memiliki sejarah panjang yang sangat memberi kesan terhadap masyarakat, tidak jarang dari sejarah tersebut sering terjadinya konflik antara mereka bahkan hingga kepada aksi kekerasan. Fanatisme dan kurangnya pemahaman merupakan salah satu sebab terjadinya konflik tersebut.

Dua ustadz fenomenal yaitu ustad Abdul Somad dan ustad Adi Hidayat di video nya menjelaskan dengan sangat baik sejarah dan perkembangan dua organisasi ini. Secara historis, kedua pendiri organisasi Islam tersebut KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, mereka secara bersama mendalami ilmu agama di Arab Saudi. Sepulang dari Arab Saudi, keduanya bersepakat akan memberikan kontribusi bagi agama, nusa dan bangsa dengan cara melandasi putra putri bangsa Indonesia dengan pendidikian dan juga agama. Keduanya memakai cara yang berbeda dalam hal syiar sebab masing-masing berasal dari tradisi yang berbeda. Diantara penjelasan ustadz Abdul Somad bahwasanya dua orang yang menjadi cikal bakal pergerakan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ ini tidak terlepas dari pengaruh ilmunya Imam Khatib Al Mingkabawi yang merupakan satu satunya orang Indonesia yang pernah menjadi imam masjidil haram (Mekah).  

Sebab dan Dampak Perbedaan

Sebab perbedaan antara dua ormas itu tidak hanya pada konsep pemahaman beribadah kepada Allah tetapi juga pada pegerakan dakwah. Muhammadiyah dikenal mahir bergerak di bidang pendidikan dan pembangunan rumah sakit sedangkan Nahdatul Ulama membidangi persoalan umat dalam terjun ke dunia politik, terutama pada tataran birokrat, hal ini dapat dilihat banyaknya warna NU yang ikut ambil alih dalam pemerintahan maupun institusi pembuat kebijakan. Dua sayap ini organisasi memiliki sumber daya manusia yang sangat banyak tersebar dari sabang hingga merauke, berbagai karakter daerah membawa pengaruh terhadap perbedaan pergerakan dakwah.

Beberapa perbedaan yang fundametal yang dapat dilihat dari NU dan Muhammadiyah antara lain dari tradisi ibadah, aspirasi atau orientasi politik, pergerakan pendidikan dan metode ijtihad. Perbedaan ini pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk kemaslahatan umat, walaupun proses yang dilakukan oleh dua ormas ini berbeda. Petinggi kedua ormas sangat memahami unsur perbedaan mereka tetapi tetap terjalin harmonisasi yang baik, hanya saja kader maupun jama”ah yang berada di luar daerah memiliki pemahaman yang berbeda dan terkadang mengarah kepada tindakan extrimisme.

Muhammadiyah dan NU bukan menggunakan sistem komando dalam menjalankan organisasi sebagaimana yang ada pada institusi TNI maupun POLRI, maka sering terjadi perbedaan antara pusat dan daerah dalam menyikapi persolan. Hal ini dapat dilihat, ketika adanya aksi 212  maka seluruh ormas besar di Indonesia menyerukan agar tidak turun dan ikut dalam aksi tersebut, tetapi himbauan itu hanya sebuah formalitas dalam menjaga stabilitas keamanan dan kemajmukan masyarakat, seperti perkataan guru besar Universitas Islam Indonesia pada acara ILC (Indonesia Lowyers Club) bahwasanya yang turun ke jalan itu adalah ormas-ormas besar itu sendiri. Bahkan ketika ketua umum PB NU mengatakan secara resmi untuk mendukung Ahok sebagai gubernur, NU Jakarta justru mengeluarkan pernyataan resmi untuk memilih gubernur muslim. Seperti apa yang disampaikan oleh ustad Abdul Somad dalam salah satu ceramahnya bahwa beliau langsung bertanya kepada dewan Syuria NU Jakarta terkait perpecahan di tubuh NU, maka mereka menjawab bahwa persolan ini hanya mengaitkan dengan petinggi-petinggi NU pusat dan tidak berpengaruh kepada ranting di daerah, dari peristiwa di atas menjelaskan bahwa terjadi perbedaan sikap dalam menanggapi sebuah persolan yang sama terutama yang di lakukan oleh daerah.

Berbagai persoalan dan kendala yang dihadapi oleh umat baik itu yang berasal dari internal maupun ekxternal umat. Persoalan yang terjadi seperti mencekal ustad, menghina dan memfitnah merupakan hasil dari adanya pebedaan yang berdampak kepada munculnya konflik. Seperti kasus pengusiran ustad Felix Shaw ketika memberikan ceramah di hadapan jamaah di Brawijaya dan pada kasus penolakan masyarakat timur terhadap wakil ketua MUI ketika akan memberikan ceramah dakwahnya. Dua kasus di atas merupakan contoh bahwa perbedaan persepsi dapat mengakibatkan kepada konflik dan kekerasan. Terjadinya konflik bukan karena mereka tidak tahu tetapi minim dan kurangnya ilmu terkait persolan itu sendiri.

Berbagai kasus terjadi di Indonesia berdampak kepada kesenjangan sosial masyarakat. Contoh di atas merupakan salah satu contoh dari berbagai kasus yang terjadi karena adanya perbedaan pemahaman. Perbedaan pemahaman ini dapat diatasi dengan pengetahuan dan wawasan keilmuan yang dalam, seperti halnya perbedaan dalam hal palaksanaan ibadah seperti Muhammadiyah yang tidak mengguakan bismillah (pembacaan secara sir) setelah doa iftitah dan NU yang menggunakan ucapan bismillah secara zahar, perbedaan ini sangat kontras dan menjadikan jamaah memegang teguh konsep dari masing-masing kepercayaan. Seorang ulama besar arab saudi yaitu Imam Besar Masjidil Haram Syeh As Sudais diundang ke Indonesia dan menjadi imam di mesjid istiqlal, masyarakat cukup terkejut dengan pola penerapan imam oleh Syeh Sudais yaitu pelafalan “basmallah”. Kerajaan Arab Saudi menggunakan mazhab hambali yang tidak menzaharkan ucapan basmalah tetapi Imam Syeh As Sudais justru mengucapkan basmalah ketika menjadi imam mesjid istiqlal.

Makna dari peristiwa di atas bahwasanya Syeh As Sudais mengetahui Indonesia merupakan negara yang menerapkan mazhab syafi”i yang menzaharkan basmalah. Syeh  mengetahui bahwa di dunia ini ada berbagai mazhab yang menjelaskan persolan pelaksanaan ibadah dan Indonesia mengakui 4 mazhab besar yaitu : mazhab hanafi, mazhab hanbali dan mazhab maliki, dari 4 mazhab ini memiliki teori yang ijtihad yang berbeda termasuk perbedaan dalam pembacaan basmalah. Syeh As Sudais memberikan pengajaran bahwasanya jangan perbedaan menjadikan dasar dari perpecahan karena setiap perbedaan memiliki sumber dan dasar yang berbeda-beda.

Hidup ini terdiri dari dua hal yang selalu menjadi sunnatullah (ketetapan Allah), seperti adanya siang maka adanya malam dan adanya hitam maka adanya putih, hal ini akan menjadi teori yang tidak terbantahkan hingga akhir zaman. Manusia harus mempelajari berbagai perbedaan agar mengetahui bahwa banyak dasar yang dapat menjadi ikatan persatuan.                 

Menjaga Perdamaian dan Keutuhan Persatuan

            Perdamian dan persatuan merupakan cita-cita dan tujuan bersama, hal ini diutarakan oleh berbagai ahli dan institusi di berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengakui perbedaan sebagai persatuan. Hal ini dapat dilihat dari  kemajmukan di Indonesia yang sangat berbeda dan dengan jumlah yang besar dan tersebar dari sabang hingga merauke. Perbedaan ini diikat oleh Pancasila yang merupakan falsafah dan dasar Negara Republik Indonesia.

            Komitmen menjaga perdamaian dan persatuan merupakan tugas seluruh masyarakat dan umat, tidak harus melihat ras maupun kepercayaan. Komitmen perdamaian dan keutuhan kesatuan dapat dilakukan dengan belajar dan menuntun ilmu dengan baik dan menyeluruh, dengan ilmu dan wawasan yang luas maka perbedaan yang ada tidak akan menjadi pepecahan tetapi justru menjadi persatuan yang memperkuat kesatuan. Pendidikan adalah jalan satu satunya dalam mengolah persolan dan konflik yang terjadi, pendidikan yang tinggi tidak hanya mengajarkan untuk memahami tetapi juga memberikan pengajaran yang sangat berharga terhadap umat.

Pengajaran dan pendidikan merupakan element utama dalam melakukan perbaharuan di berbagai sektor dalam bernegara. Pembentukan konsep pendidikan sangat diperlukan guna meningkatkan pemahaman umat agar tidak terjadi konflik di tengah masyarakat, konsep ini dapat berupa penambahan kurikulum kesadaran ataupun melengkapi pelajaran yang telah hilang seperti kesadaran hukum dan konsep bernegara. Konsep lain yang cukup penting adalah melakukan pengajaran secara totalitas dan keseluruhan dengan cara memberikan materi yang mencakup seluruh kepercayaan dan perbedaan yang ada dan dijelaskan dengan semua sumber yang dimiliki oleh tenaga pendidik. Oleh karena itu sangat penting adanya buku pedoman yang menjelaskan segala dasar dan sumber hukum dari perbedaan yang terjadi di masyarakat. Salah satu buku yang dapat dijadikan referensi dalam menanggapi perbedaan terkait ritual ibadah dalam islam adalah buku yang di tuliskan oleh ustad abdul somad dalam bukunya yang berjudul 37 masalah populer dan 99 tanya jawab seputar sholat. Dua buku ini merupakan slah satu contoh dalam memahami perbedaan dengan penguatan pengetahuan, memberikan pemahaman sangat diperlukan sumber hukum dan dasar yang jelas. Buku ini bisa dijadikan contoh untuk menyelesaikan berbagai konflik di masyarakat

Berdasarkan pemaran di atas maka kita sebagai generasi penerus masa depan dan menjadi harapan pembentukan peradaban harus lebih mengerti dan memahami perbedaan dengan baik, dan jalan dalam memahaminya adalah dengan pendidikan dan pengajaran. Ilmu tidak hanya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dan perorangan tetapi justru dapat memberikan manfaat untuk khalayak ramai. Pendidikan tidak hanya meingatkan kesadaran berfikir tetapi juga kedewasaan pemahaman dalam menyelesaikan persolan.  

ffan

Posting Komentar untuk "Pendidikan Persatuan dalam Bingkai Keberagaman "