Pendidikan Persatuan dalam Bingkai Keberagaman
Sumpah
pemuda tidak hanya simbol perjuangan untuk anak muda saja tetapi menjadi awal
pergerakan semangat bagi rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat peserta yang
hadir dalam peristiwa sumpah pemuda tersebut yang tidak hanya terdiri dari anak
anak muda tetapi justru berbagai golongan dan kelompok, mulai dari kalangan
muda dan golongan tua, dan pemaknaan dari sumpah pemuda bukan bentuk fisik
tetapi semangat perjuangan seluruh golongan seperti semangat nya anak muda.
Perubahan dapat dilakukan oleh anak muda yang semangat dan mempunyai optimisme
yang tinggi dalam melakukan perubahan. Penting memberikan pemahaman yang benar
terhadap pemuda dalam memahmi perbedaan, tidak jarang berbagai gejolak
peristiwa terjadi karena perbuatan yang dilakukan anak muda. Pergerakan yang
anarkis tidak hanya dijadikan sumber
pembawa kepentingan tetapi juga membuat kesempatan terhadap peluang yang
diinginkan.
Pendidikan
sangat penting untuk anak muda, di dalam buku pemikiran ahli pendidikan dunia
menjelaskan bahwa Hamka membagi antara pendidikan dan pengajaran. Pendidikan
tidak hanya sekedar pengetahuan tetapi teradapat nilai dasar yang sangat
fundamental yaitu velue (nilai), nilai-nilai ini yang akan membentuk karakter
diri dan jiwa kepemimpinan yang baik, sedangkan pengajaran adalah transfer of knowledge kepada peserta
didik. (Suwito:2003) Ketika sekolah itu hanya memberikan pengajaran maka akan
datang pada masa krisis moral dan etika, islam mengajarkan bahwa “etika lebih
tinggi dari pada ilmu”, agama lainpun mengajarkan bahwa beretika dan bertingkah
laku baik lebih tinggi dari pada ilmu dan wawasan yang dimiliki.
Penulis
akan menggambarkan bagaimana dengan berilmu pengetahuan dan berwawasan di
lengkapi dengan etika yang baik maka akan dapat memperkuat dan mempersatukan
perbedaan, seringkali perbedaaan pemahaman membawa kepada perpecahan dan
kehancuran, hal ini dapat dilihat dari sayap pergerakan ormas (organisasi
masyarakat) yang terjadi baku hantam di lapangan karena persolan perbedaan
pemahaman terkait pelaksanaan ibadah. Kesalahan ini bukan merupakan sebab dari
ormas itu sendiri tetapi dangkalnya pengetahuan dan wawasan dalam memahami
setiap perbedaan yang ada. Pada tulisan ini penulis akan mendeskripsikan dan
menjelaskan berbagai perbedaan dan konflik yang tejadi di lapangan yang
disebabkan perbedaan pemahaman dan tidak jarang terjadi kekerasan, dan
kekerasan ini dilakukan oleh pemuda yang memiliki gejolak semangat yang luar
biasa tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang mendalam. Kesimpulan dan
saran dari kasus yang akan penulis jelaskan juga dapat digunakan untuk memahami
kasus-kasus lain yang kebanyakan terjadi karena perbedaan pemahaman.
Muhammadiyah Dan
Nahdatul Ulama
Muhammadiyah
dan Nahdatul Ulama” (NU) merupakan dua organisasi besar yang berkembang di
Indonesia. Dua organisasi ini telah memberikan pengaruh berbagai element
penting di negara Indonesia, hal ini dapat dilihat banyak menteri maupun
pejabat yang berasal dari dua ormas ini. Muhammadiyah dan NU memiliki sejarah
panjang yang sangat memberi kesan terhadap masyarakat, tidak jarang dari sejarah
tersebut sering terjadinya konflik antara mereka bahkan hingga kepada aksi
kekerasan. Fanatisme dan kurangnya pemahaman merupakan salah satu sebab
terjadinya konflik tersebut.
Dua
ustadz fenomenal yaitu ustad Abdul Somad dan ustad Adi Hidayat di video nya
menjelaskan dengan sangat baik sejarah dan perkembangan dua organisasi ini. Secara historis, kedua pendiri organisasi Islam
tersebut KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, mereka secara bersama mendalami
ilmu agama di Arab Saudi. Sepulang dari Arab Saudi, keduanya bersepakat akan
memberikan kontribusi bagi agama, nusa dan bangsa dengan cara melandasi putra
putri bangsa Indonesia dengan pendidikian dan juga agama. Keduanya memakai cara
yang berbeda dalam hal syiar sebab masing-masing berasal dari tradisi yang
berbeda. Diantara penjelasan ustadz Abdul Somad bahwasanya dua orang yang menjadi
cikal bakal pergerakan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama’ ini tidak terlepas dari
pengaruh ilmunya Imam Khatib Al Mingkabawi yang merupakan satu satunya orang
Indonesia yang pernah menjadi imam masjidil haram (Mekah).
Sebab dan Dampak
Perbedaan
Sebab
perbedaan antara dua ormas itu tidak hanya pada konsep pemahaman beribadah
kepada Allah tetapi juga pada pegerakan dakwah. Muhammadiyah dikenal mahir
bergerak di bidang pendidikan dan pembangunan rumah sakit sedangkan Nahdatul
Ulama membidangi persoalan umat dalam terjun ke dunia politik, terutama pada
tataran birokrat, hal ini dapat dilihat banyaknya warna NU yang ikut ambil alih
dalam pemerintahan maupun institusi pembuat kebijakan. Dua sayap ini organisasi
memiliki sumber daya manusia yang sangat banyak tersebar dari sabang hingga
merauke, berbagai karakter daerah membawa pengaruh terhadap perbedaan
pergerakan dakwah.
Beberapa
perbedaan yang fundametal yang dapat dilihat dari NU dan Muhammadiyah antara
lain dari tradisi ibadah, aspirasi atau orientasi politik, pergerakan
pendidikan dan metode ijtihad. Perbedaan ini pada dasarnya mempunyai tujuan
yang sama yaitu untuk kemaslahatan umat, walaupun proses yang dilakukan oleh
dua ormas ini berbeda. Petinggi kedua ormas sangat memahami unsur perbedaan
mereka tetapi tetap terjalin harmonisasi yang baik, hanya saja kader maupun
jama”ah yang berada di luar daerah memiliki pemahaman yang berbeda dan
terkadang mengarah kepada tindakan extrimisme.
Muhammadiyah
dan NU bukan menggunakan sistem komando dalam menjalankan organisasi
sebagaimana yang ada pada institusi TNI maupun POLRI, maka sering terjadi
perbedaan antara pusat dan daerah dalam menyikapi persolan. Hal ini dapat
dilihat, ketika adanya aksi 212 maka
seluruh ormas besar di Indonesia menyerukan agar tidak turun dan ikut dalam
aksi tersebut, tetapi himbauan itu hanya sebuah formalitas dalam menjaga
stabilitas keamanan dan kemajmukan masyarakat, seperti perkataan guru besar
Universitas Islam Indonesia pada acara ILC (Indonesia
Lowyers Club) bahwasanya yang turun ke jalan itu adalah ormas-ormas besar
itu sendiri. Bahkan ketika ketua umum PB NU mengatakan secara resmi untuk
mendukung Ahok sebagai gubernur, NU Jakarta justru mengeluarkan pernyataan
resmi untuk memilih gubernur muslim. Seperti apa yang disampaikan oleh ustad
Abdul Somad dalam salah satu ceramahnya bahwa beliau langsung bertanya kepada
dewan Syuria NU Jakarta terkait perpecahan di tubuh NU, maka mereka menjawab
bahwa persolan ini hanya mengaitkan dengan petinggi-petinggi NU pusat dan tidak
berpengaruh kepada ranting di daerah, dari peristiwa di atas menjelaskan bahwa
terjadi perbedaan sikap dalam menanggapi sebuah persolan yang sama terutama
yang di lakukan oleh daerah.
Berbagai
persoalan dan kendala yang dihadapi oleh umat baik itu yang berasal dari
internal maupun ekxternal umat. Persoalan yang terjadi seperti mencekal ustad,
menghina dan memfitnah merupakan hasil dari adanya pebedaan yang berdampak
kepada munculnya konflik. Seperti kasus pengusiran ustad Felix Shaw ketika
memberikan ceramah di hadapan jamaah di Brawijaya dan pada kasus penolakan
masyarakat timur terhadap wakil ketua MUI ketika akan memberikan ceramah
dakwahnya. Dua kasus di atas merupakan contoh bahwa perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan kepada konflik dan kekerasan. Terjadinya konflik bukan karena
mereka tidak tahu tetapi minim dan kurangnya ilmu terkait persolan itu sendiri.
Berbagai
kasus terjadi di Indonesia berdampak kepada kesenjangan sosial masyarakat. Contoh
di atas merupakan salah satu contoh dari berbagai kasus yang terjadi karena adanya
perbedaan pemahaman. Perbedaan pemahaman ini dapat diatasi dengan pengetahuan
dan wawasan keilmuan yang dalam, seperti halnya perbedaan dalam hal palaksanaan
ibadah seperti Muhammadiyah yang tidak mengguakan bismillah (pembacaan secara
sir) setelah doa iftitah dan NU yang menggunakan ucapan bismillah secara zahar,
perbedaan ini sangat kontras dan menjadikan jamaah memegang teguh konsep dari
masing-masing kepercayaan. Seorang ulama besar arab saudi yaitu Imam Besar
Masjidil Haram Syeh As Sudais diundang ke Indonesia dan menjadi imam di mesjid
istiqlal, masyarakat cukup terkejut dengan pola penerapan imam oleh Syeh Sudais
yaitu pelafalan “basmallah”. Kerajaan Arab Saudi menggunakan mazhab hambali
yang tidak menzaharkan ucapan basmalah tetapi Imam Syeh As Sudais justru
mengucapkan basmalah ketika menjadi imam mesjid istiqlal.
Makna
dari peristiwa di atas bahwasanya Syeh As Sudais mengetahui Indonesia merupakan
negara yang menerapkan mazhab syafi”i yang menzaharkan basmalah. Syeh mengetahui bahwa di dunia ini ada berbagai
mazhab yang menjelaskan persolan pelaksanaan ibadah dan Indonesia mengakui 4
mazhab besar yaitu : mazhab hanafi, mazhab hanbali dan mazhab maliki, dari 4
mazhab ini memiliki teori yang ijtihad yang berbeda termasuk perbedaan dalam
pembacaan basmalah. Syeh As Sudais memberikan pengajaran bahwasanya jangan
perbedaan menjadikan dasar dari perpecahan karena setiap perbedaan memiliki
sumber dan dasar yang berbeda-beda.
Hidup
ini terdiri dari dua hal yang selalu menjadi sunnatullah (ketetapan Allah), seperti
adanya siang maka adanya malam dan adanya hitam maka adanya putih, hal ini akan
menjadi teori yang tidak terbantahkan hingga akhir zaman. Manusia harus
mempelajari berbagai perbedaan agar mengetahui bahwa banyak dasar yang dapat
menjadi ikatan persatuan.
Menjaga Perdamaian dan
Keutuhan Persatuan
Perdamian dan persatuan
merupakan cita-cita dan tujuan bersama, hal ini diutarakan oleh berbagai ahli
dan institusi di berbagai negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang
mengakui perbedaan sebagai persatuan. Hal ini dapat dilihat dari kemajmukan di Indonesia yang sangat berbeda
dan dengan jumlah yang besar dan tersebar dari sabang hingga merauke. Perbedaan
ini diikat oleh Pancasila yang merupakan falsafah dan dasar Negara Republik
Indonesia.
Komitmen menjaga perdamaian dan
persatuan merupakan tugas seluruh masyarakat dan umat, tidak harus melihat ras
maupun kepercayaan. Komitmen perdamaian dan keutuhan kesatuan dapat dilakukan
dengan belajar dan menuntun ilmu dengan baik dan menyeluruh, dengan ilmu dan
wawasan yang luas maka perbedaan yang ada tidak akan menjadi pepecahan tetapi
justru menjadi persatuan yang memperkuat kesatuan. Pendidikan adalah jalan satu
satunya dalam mengolah persolan dan konflik yang terjadi, pendidikan yang
tinggi tidak hanya mengajarkan untuk memahami tetapi juga memberikan pengajaran
yang sangat berharga terhadap umat.
Pengajaran dan pendidikan merupakan element utama dalam melakukan perbaharuan di berbagai sektor dalam bernegara. Pembentukan konsep pendidikan sangat diperlukan guna meningkatkan pemahaman umat agar tidak terjadi konflik di tengah masyarakat, konsep ini dapat berupa penambahan kurikulum kesadaran ataupun melengkapi pelajaran yang telah hilang seperti kesadaran hukum dan konsep bernegara. Konsep lain yang cukup penting adalah melakukan pengajaran secara totalitas dan keseluruhan dengan cara memberikan materi yang mencakup seluruh kepercayaan dan perbedaan yang ada dan dijelaskan dengan semua sumber yang dimiliki oleh tenaga pendidik. Oleh karena itu sangat penting adanya buku pedoman yang menjelaskan segala dasar dan sumber hukum dari perbedaan yang terjadi di masyarakat. Salah satu buku yang dapat dijadikan referensi dalam menanggapi perbedaan terkait ritual ibadah dalam islam adalah buku yang di tuliskan oleh ustad abdul somad dalam bukunya yang berjudul 37 masalah populer dan 99 tanya jawab seputar sholat. Dua buku ini merupakan slah satu contoh dalam memahami perbedaan dengan penguatan pengetahuan, memberikan pemahaman sangat diperlukan sumber hukum dan dasar yang jelas. Buku ini bisa dijadikan contoh untuk menyelesaikan berbagai konflik di masyarakat
Berdasarkan
pemaran di atas maka kita sebagai generasi penerus masa depan dan menjadi
harapan pembentukan peradaban harus lebih mengerti dan memahami perbedaan
dengan baik, dan jalan dalam memahaminya adalah dengan pendidikan dan
pengajaran. Ilmu tidak hanya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dan
perorangan tetapi justru dapat memberikan manfaat untuk khalayak ramai.
Pendidikan tidak hanya meingatkan kesadaran berfikir tetapi juga kedewasaan
pemahaman dalam menyelesaikan persolan.
ffan
Posting Komentar untuk "Pendidikan Persatuan dalam Bingkai Keberagaman "