Membumikan Pendidikan Literasi
Perkembangan pendidikan
tidak terlepas dari aktor subjek maupun objek dari pendidikan itu sendiri
seperti adanya istilah murid, siswa, mentor, guru dll. Setiap perbedaaan
penamaan panggilan terkadang acap kali membawa perubahan terhadap perbedaan
pandangan. Guru dan murud memiliki aturan dan kode etik tersendiri yang berbeda satu dengan
yang lainnya, berbagai teori menjelaskan dan memberikan dasar pandangan dalam
bekerja. Bahwa berkarya bukan berupa keharusan dalam suatu bidang saja, dan
juga bukan berpatokan kepada satu keilmuan. Semakin banyak referensi maka akan
semakin memperkaya pandangan hidup dalam menyelesaikan konflik dan peningkatan
kulitas imajinasi.
Setiap fase
perkembangan manusia selalu menjadi pengontrol dalam jenis kebijakan yang akan
di keluarkan oleh pemerintah. Ketika pada masa orde baru ke reformasi maka
penekanan kebijakan akan mengarah ke poros penguatan ekonomi dan budaya,
kemudian setelah perekonomian membaik dan perkembangan politik maupun budaya
menjadi stabil maka pemerintah sekarang berfokus kepada arah peningkatan
kebijakan pendidikan. berbagai kebijakan besiswa dicetuskan oleh berbagai
komponen dan lembaga, seperti beasiswa LPDP, IDP, UNGGULAN, dll. Keputusan
dalam meningkatkan kebijakan di dunia pendidikan mempunyai harapan besar dalam
membangun perubahan generasi cerdas dan berintelektualitas tinggi, berbagai
syarat menjadi stadarisasi dalam memperoleh beasiswa tersebut dan salah satu stansar
beasiswa tersebut adalah menuliskan karya tulis. Menulis tidak hanya kewajiban
untuk memeproleh beasiswa saja tetapi juga didalam dunia pekerjaan seperti
akademisi dan praktisi. Penulisan karya ilmiah menjadi tuntutan bagi akademisi
dalam memperoleh kenaikan pangkat dan menjadi nilai tambah di masyrakat bagi
kenaikan reputasi praktisi.
Keahlian menulis bukan
diukur dari tingkat pendidikan maupun kapasaitas kecerdasan seseorang, juga
bukan ditentukan dari prestasi orasi maupun aktivis organisasi. Memperkuat pengalaman
dalam menulis adalah satu satunya cara untuk mengasah kemampuan menulis itu
sendiri untuk menjadi penulis yang baik dan bermanfaat untuk khalayak ramai.
Mengukir kalimat dengan kata kata tidak bisa difikirkan dengan spontan maupun
oleh persiapan yang matang, ide dan kratifitas akan muncul ketika ada buku yang
telah dibaca dan pengalaman yang dialami dengan penuh tantangan dan pekerjaan
yang telah tuntas. Tidak ada keharusan menulis harus mempunyai banyaknya sumber
bacaan juga tidak ada kewajiban harus adanya pengalaman, tetapi dua hal ini akan
mempengaruhi terhadap tingkat kuliatas penulisan dan analisis persolan. Kekuatan
daya ingat manusia sangat terbatas dan untuk mengingat kembali dari masa lalu
juga sangat terbatas, banyak pengalaman dan kejadian dapat diambil manfaat
untuk dijadikan solusi maupun pengetahuan di masa depan, tetapi akan menjadi
sia sia dan hilang dengan percuma ketika tidak ada alat pengingat yang mampu
bertahan dengan pesatnya perkembangan zaman. Hanya ada satu cara untuk
mendokumentasikan peristiwa yang telah berlalu yaitu dengan konkritisasi dalam
bentuk tulisan yang mampu membawa pengingat untuk orang yang berada di masa
depan.
Menulis bukan persolan
hasil maupun siapa yang menulis, tetapi mengenai proses dan peristiwa yang
telah di lalui dan dilewati. Dipublish nya tulisan tidak mengambarkan tulisan
kita baik maupun buruk, karena masih banyaknya faktor untuk mempengaruhi hal
tersebut. kualitas menulis bukan terletak dari apa yang di tulis juga bukan
dilihat dari hasil yang diperoleh dari tulisan tersebut, tetapi akan dihargai
dan memberi makna terhadap orang lain ketika sulitnya proses yang kita lewati
menjadi pelopor semangat untuk orang lain. Penulis sesungguhnya tidak akan puas
ketika tulisannya muncul di majalah maupun media cetak tetapi juga tidak baik
ketika tulisan tersebut hanya dikonsumsi pribadi dan orang terdekat, perlu
adanya penceritaan kepada orang ramai bahwa tulisan ini bukan sekedar pemenuhan
formalitas nilai maupun point belaka, tetapi mempunyai arti dalam yang dapat
diambil hikmahnya oleh masyarakat.
Kualitas penulisan
ditentukan dari seberapa jauh jam terbang dari penulis itu sendiri dan seberapa
lama bertahan dan konsisten terhadap kegiatan menulisnya. Banyak penulis handal
dan mahir mampu menjadikan tulisannya sebagai inspirasi untuk banyak orang
tetapi menjadi berhenti ketika kepuasan telah diperoleh dan didapati, dan banyak
juga orang yang selalu belajar dan menulis walaupun harus tertatih tatih dalam
memperbaiki tulisannya, tetapi kita harus percaya bahwa hasil yang diperoleh
dari proses panjang maka menjadi sesuatu yang berharga dan tidak akan hilang
dengan cara yang spontan. Sesuau yang didapati dengan singkat maka akan hilang
dengan kilat sebagaimana cara mendapatkannya, begitupun dalam perihal menulis
yang akan menjadi hobi apabila telah dilakukan secara terus menerus dan
continue, seperti perkataan Mahatma Ghandi bahwa “segala sesuatu yang
difikirkan akan menjadi perkataan dan perkataan itu dapat menjelma menjadi
perbuatan dan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi
kebiasaan yang sangat sulit dilupakan”.
Islam memberikan
perumpamaan terhadap efektifitas belajar ketika fase anak anak dan dewasa,
sebagaimana pepatah arab ‘belajar waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu dan
belajar ketika tua seperti mengukir di atas air” artinya proses pembelajaran
yang efektif bukan ketika kuliah maupun fase dewasa lainnya, tetapi ketika anak
anak yaitu duduk pada bangku TK maupun SD. Anak anak merupakan fase
perkembangan manusia yang sangat efektif menerima infomrasi dengan akurat dan
menjadi perekam dengan kekuatan ingatan yang sangat baik, bahkan hingga dewasa pun
dapat mengingat peristiwa dan kejadian kejadian di masa lalu. Anak kecil
memiliki panca indra yang sangat sensitif terhadap sesuatu yang diterima oleh
indarnya, dan direkam dengan baik. Dalam menulis yang diperlukan adalah proses
panjang dan penulisan yang selalu di tuliskan secara berulang ulang, semakin
kegiatan menulis selalu di lakukan maka pisau analisis dan imajinasi akan
semakin tajam dan kreatif.
Masa milenial sekarang
tidak jauh berbeda dari masa lalu terkait aspek tulis menulis, hal ini dapat
dilihat dari kurikulum pendidikan yang masih bersifat kaku dan tidak ada
penekanan terhadap penulisan, seperti mata pelajaran wajib menulis. Perlu
adanya kurikulum menulis di bangku SD, SMP dan SMA agar nanti ketika masuk ke
bangku kuliah dapat dijadikan modal untuk mengimprove kemampuan tulis menulism yang
telah di lahirnya di tingkat pendidikan sebelumnya. Ketika pada saaat kuiah
baru memulai tahapan awal dalam menulis maka akan memperoleh waktu yang cukup
lama untuk beradaptasi dan bersaing dengan orang orang yang telah menulis dengan
jam terbang yang tinggi. Menulis bukan hanya kewajiban beberapa orang yang
masuk ke dalam organisasi tulis menulis, tetapi teah menjadi kaharusan untuk
generasi milenium untuk bersaing dengan masyarakat global. Hal ini dapat
dilihat diberbagai seleksi dan ketentuan nasioanal maupun internasional bahwa
karya tulis merupakan syarat wajib untuk meningkatkan mutu dan kuliatas
individu maupun institusi.
Zaman awal awal
kemerdakaan indoenesia terdapat banyak penulis handal yang berkemampuan high skill di bidangnya masing masing,
sepeti Hamka, Natsir, Hatta, Pram dan penulis penulis lainnnya. Meraka mampu
menciptakan suasana dan peristiwa dengan menulis bahkan untuk membentuk
peradaban sekalipun. Semangat menulis zaman kemerdekaan tidak dapat dibandingkan
dan ditandingi oleh zaman milenial sekarang, baik dalam persolan kualitas
penulisan maupun jiwa nasionalismenya. Seharusnya dengan aksesibilitas
informasi yang sangat mudah dapat menjadikan pemuda maupun masyarakat milenial
menjadi penulis yang jauh lebih hebat dari pendahulunya di masa kemerkedaan
yang pada masa itu dangat sulit mendapatkan referensi dan akses informasi yang
terbatas, tetapi kesulitan mereka dapat dijadikan semangat dan kekuatan untuk menorehkan
sejarah dengan tinta.
Ketika melihat zaman sekarang yang sangat tidak dapat dibandingkan dengan pendahulu yang hidup pada zaman kemerdekaan. Perlu adanya kesadaran kembali dan intropeksi diri terhadap kualitas penulisan pada zaman saat sekarang ini, menjadikan kualitas lebih buruk dari pada yang lalu maka termasuk orang yang merugi dan siapa yang lebih baik dari hari yang lalu maka termasuk orang yang beruntung lagi berhasil. Dan untuk bangkit didalam keterpurukan perlu kesadaran dan jiwa yang kuat dengan semangat yang tidak akan kandas, Sesuai dengan pepatah minang “Mambangkik Batang Tarandam” adalah perumpamaan yang cocok untuk zaman pembangkit semangat penulisan saat sekarang ini. Obat tidak akan pernah diberikan kepada orang sehat karena diperuntukkan hanya untuk orang sakit, pahit dan manisnya obat harus diminum dengan keadaan suka ataupun tidak, begitupun dalam kadaan menulis pada zaman milenial sekarang bahwa harus ada kesadaran yang kuat bahwa kita perlu bangkit dan berubah untuk menorehkan tinta kembali dalam membentuk peradaban sebagaimana yang pernah ditorehkan oleh pendahulu bangsa dan negara Indonesia dengan pena tintanya.
Kesadaran tidak pernah datang dan pergi tanpa bekas yang pernah ditinggalkannya. Kesungguhan dan kekuatan tekad adalah modal awal untuk melakukan perubahan, dengan mulai menulis maka kita telah mengawali perubahan yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat dalam menulis tetapi juga tidak ada penulisan yang baik tanpa memulai dan jatuh berkali kali. Jadikan kegagalan menulis untuk bangkit dan bediri kembali agar bisa berlari dengan percaya diri. Mulailah !! sebelum akhir datang menghampiri !!
ffan
Titanium frames | TIPS - TheTianiumArts
BalasHapusWho invented these devices? microtouch titanium titanium ore terraria . The mens titanium earrings Toto Toto Toto titanium banger . .......... Toto titanium tent stove Toto.........
u833g2fnzrb617 black dildos,horse dildo,masturbators,dildos,cheap sex toys,vibrators,sex chair,huge dildos,finger vibrator n308u8kvrah214
BalasHapusi655w2ajlpe897 sex dolls,cheap sex toys,sex chair,cheap sex toys,cheap sex toys,horse dildo,sex toys,real dolls,Male Masturbators t259a1vktmo000
BalasHapus