Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membumikan Pendidikan Literasi

Indonesia merupakan salah negara yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama oleh pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan. Setiap presiden mempunyai visi dan misi yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan kebutuan bangsa Indonesia, dan politik hukum presiden akan menjadi penentu terhadap arah kebijakan dari program-program pemerintah tersebut. Pergantian presiden tidak menjadikan perubahan perspektif dan pandangan bahwa pendidikan sangat penting dan pelu diperkuat dari berbagai aspek, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya bantuan dana pendidikan yang disalurkan oleh pemerintah kepada masyarakat terutama anak muda di generasi milenial pada abad 21 ini.

Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari aktor subjek maupun objek dari pendidikan itu sendiri seperti adanya istilah murid, siswa, mentor, guru dll. Setiap perbedaaan penamaan panggilan terkadang acap kali membawa perubahan terhadap perbedaan pandangan. Guru dan murud memiliki aturan dan  kode etik tersendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya, berbagai teori menjelaskan dan memberikan dasar pandangan dalam bekerja. Bahwa berkarya bukan berupa keharusan dalam suatu bidang saja, dan juga bukan berpatokan kepada satu keilmuan. Semakin banyak referensi maka akan semakin memperkaya pandangan hidup dalam menyelesaikan konflik dan peningkatan kulitas imajinasi.

Setiap fase perkembangan manusia selalu menjadi pengontrol dalam jenis kebijakan yang akan di keluarkan oleh pemerintah. Ketika pada masa orde baru ke reformasi maka penekanan kebijakan akan mengarah ke poros penguatan ekonomi dan budaya, kemudian setelah perekonomian membaik dan perkembangan politik maupun budaya menjadi stabil maka pemerintah sekarang berfokus kepada arah peningkatan kebijakan pendidikan. berbagai kebijakan besiswa dicetuskan oleh berbagai komponen dan lembaga, seperti beasiswa LPDP, IDP, UNGGULAN, dll. Keputusan dalam meningkatkan kebijakan di dunia pendidikan mempunyai harapan besar dalam membangun perubahan generasi cerdas dan berintelektualitas tinggi, berbagai syarat menjadi stadarisasi dalam memperoleh beasiswa tersebut dan salah satu stansar beasiswa tersebut adalah menuliskan karya tulis. Menulis tidak hanya kewajiban untuk memeproleh beasiswa saja tetapi juga didalam dunia pekerjaan seperti akademisi dan praktisi. Penulisan karya ilmiah menjadi tuntutan bagi akademisi dalam memperoleh kenaikan pangkat dan menjadi nilai tambah di masyrakat bagi kenaikan reputasi praktisi.

Keahlian menulis bukan diukur dari tingkat pendidikan maupun kapasaitas kecerdasan seseorang, juga bukan ditentukan dari prestasi orasi maupun aktivis organisasi. Memperkuat pengalaman dalam menulis adalah satu satunya cara untuk mengasah kemampuan menulis itu sendiri untuk menjadi penulis yang baik dan bermanfaat untuk khalayak ramai. Mengukir kalimat dengan kata kata tidak bisa difikirkan dengan spontan maupun oleh persiapan yang matang, ide dan kratifitas akan muncul ketika ada buku yang telah dibaca dan pengalaman yang dialami dengan penuh tantangan dan pekerjaan yang telah tuntas. Tidak ada keharusan menulis harus mempunyai banyaknya sumber bacaan juga tidak ada kewajiban harus adanya pengalaman, tetapi dua hal ini akan mempengaruhi terhadap tingkat kuliatas penulisan dan analisis persolan. Kekuatan daya ingat manusia sangat terbatas dan untuk mengingat kembali dari masa lalu juga sangat terbatas, banyak pengalaman dan kejadian dapat diambil manfaat untuk dijadikan solusi maupun pengetahuan di masa depan, tetapi akan menjadi sia sia dan hilang dengan percuma ketika tidak ada alat pengingat yang mampu bertahan dengan pesatnya perkembangan zaman. Hanya ada satu cara untuk mendokumentasikan peristiwa yang telah berlalu yaitu dengan konkritisasi dalam bentuk tulisan yang mampu membawa pengingat untuk orang yang berada di masa depan.

Menulis bukan persolan hasil maupun siapa yang menulis, tetapi mengenai proses dan peristiwa yang telah di lalui dan dilewati. Dipublish nya tulisan tidak mengambarkan tulisan kita baik maupun buruk, karena masih banyaknya faktor untuk mempengaruhi hal tersebut. kualitas menulis bukan terletak dari apa yang di tulis juga bukan dilihat dari hasil yang diperoleh dari tulisan tersebut, tetapi akan dihargai dan memberi makna terhadap orang lain ketika sulitnya proses yang kita lewati menjadi pelopor semangat untuk orang lain. Penulis sesungguhnya tidak akan puas ketika tulisannya muncul di majalah maupun media cetak tetapi juga tidak baik ketika tulisan tersebut hanya dikonsumsi pribadi dan orang terdekat, perlu adanya penceritaan kepada orang ramai bahwa tulisan ini bukan sekedar pemenuhan formalitas nilai maupun point belaka, tetapi mempunyai arti dalam yang dapat diambil hikmahnya oleh masyarakat.

Kualitas penulisan ditentukan dari seberapa jauh jam terbang dari penulis itu sendiri dan seberapa lama bertahan dan konsisten terhadap kegiatan menulisnya. Banyak penulis handal dan mahir mampu menjadikan tulisannya sebagai inspirasi untuk banyak orang tetapi menjadi berhenti ketika kepuasan telah diperoleh dan didapati, dan banyak juga orang yang selalu belajar dan menulis walaupun harus tertatih tatih dalam memperbaiki tulisannya, tetapi kita harus percaya bahwa hasil yang diperoleh dari proses panjang maka menjadi sesuatu yang berharga dan tidak akan hilang dengan cara yang spontan. Sesuau yang didapati dengan singkat maka akan hilang dengan kilat sebagaimana cara mendapatkannya, begitupun dalam perihal menulis yang akan menjadi hobi apabila telah dilakukan secara terus menerus dan continue, seperti perkataan Mahatma Ghandi bahwa “segala sesuatu yang difikirkan akan menjadi perkataan dan perkataan itu dapat menjelma menjadi perbuatan dan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan yang sangat sulit dilupakan”.

Islam memberikan perumpamaan terhadap efektifitas belajar ketika fase anak anak dan dewasa, sebagaimana pepatah arab ‘belajar waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu dan belajar ketika tua seperti mengukir di atas air” artinya proses pembelajaran yang efektif bukan ketika kuliah maupun fase dewasa lainnya, tetapi ketika anak anak yaitu duduk pada bangku TK maupun SD. Anak anak merupakan fase perkembangan manusia yang sangat efektif menerima infomrasi dengan akurat dan menjadi perekam dengan kekuatan ingatan yang sangat baik, bahkan hingga dewasa pun dapat mengingat peristiwa dan kejadian kejadian di masa lalu. Anak kecil memiliki panca indra yang sangat sensitif terhadap sesuatu yang diterima oleh indarnya, dan direkam dengan baik. Dalam menulis yang diperlukan adalah proses panjang dan penulisan yang selalu di tuliskan secara berulang ulang, semakin kegiatan menulis selalu di lakukan maka pisau analisis dan imajinasi akan semakin tajam dan kreatif.

Masa milenial sekarang tidak jauh berbeda dari masa lalu terkait aspek tulis menulis, hal ini dapat dilihat dari kurikulum pendidikan yang masih bersifat kaku dan tidak ada penekanan terhadap penulisan, seperti mata pelajaran wajib menulis. Perlu adanya kurikulum menulis di bangku SD, SMP dan SMA agar nanti ketika masuk ke bangku kuliah dapat dijadikan modal untuk mengimprove kemampuan tulis menulism yang telah di lahirnya di tingkat pendidikan sebelumnya. Ketika pada saaat kuiah baru memulai tahapan awal dalam menulis maka akan memperoleh waktu yang cukup lama untuk beradaptasi dan bersaing dengan orang orang yang telah menulis dengan jam terbang yang tinggi. Menulis bukan hanya kewajiban beberapa orang yang masuk ke dalam organisasi tulis menulis, tetapi teah menjadi kaharusan untuk generasi milenium untuk bersaing dengan masyarakat global. Hal ini dapat dilihat diberbagai seleksi dan ketentuan nasioanal maupun internasional bahwa karya tulis merupakan syarat wajib untuk meningkatkan mutu dan kuliatas individu maupun institusi.

Zaman awal awal kemerdakaan indoenesia terdapat banyak penulis handal yang berkemampuan high skill di bidangnya masing masing, sepeti Hamka, Natsir, Hatta, Pram dan penulis penulis lainnnya. Meraka mampu menciptakan suasana dan peristiwa dengan menulis bahkan untuk membentuk peradaban sekalipun. Semangat menulis zaman kemerdekaan tidak dapat dibandingkan dan ditandingi oleh zaman milenial sekarang, baik dalam persolan kualitas penulisan maupun jiwa nasionalismenya. Seharusnya dengan aksesibilitas informasi yang sangat mudah dapat menjadikan pemuda maupun masyarakat milenial menjadi penulis yang jauh lebih hebat dari pendahulunya di masa kemerkedaan yang pada masa itu dangat sulit mendapatkan referensi dan akses informasi yang terbatas, tetapi kesulitan mereka dapat dijadikan semangat dan kekuatan untuk menorehkan sejarah dengan tinta.

Ketika melihat zaman sekarang yang sangat tidak dapat dibandingkan dengan pendahulu yang hidup pada zaman kemerdekaan. Perlu adanya kesadaran kembali dan intropeksi diri terhadap kualitas penulisan pada zaman saat sekarang ini, menjadikan kualitas lebih buruk dari pada yang lalu maka termasuk orang yang merugi dan siapa yang lebih baik dari hari yang lalu maka termasuk orang yang beruntung lagi berhasil. Dan untuk bangkit didalam keterpurukan perlu kesadaran dan jiwa yang kuat dengan semangat yang tidak akan kandas, Sesuai dengan pepatah minang “Mambangkik Batang Tarandam” adalah perumpamaan yang cocok untuk zaman pembangkit semangat penulisan saat sekarang ini. Obat tidak akan pernah diberikan kepada orang sehat karena diperuntukkan hanya untuk orang sakit, pahit dan manisnya obat harus diminum dengan keadaan suka ataupun tidak, begitupun dalam kadaan menulis pada zaman milenial sekarang bahwa harus ada kesadaran yang kuat bahwa kita perlu bangkit dan berubah untuk menorehkan tinta kembali dalam membentuk peradaban sebagaimana yang pernah ditorehkan oleh pendahulu bangsa dan negara Indonesia dengan pena tintanya.

Kesadaran tidak pernah datang dan pergi tanpa bekas yang pernah ditinggalkannya. Kesungguhan dan kekuatan tekad adalah modal awal untuk melakukan perubahan, dengan mulai menulis maka kita telah mengawali perubahan yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat dalam menulis tetapi juga tidak ada penulisan yang baik tanpa memulai dan jatuh berkali kali. Jadikan kegagalan menulis untuk bangkit dan bediri kembali agar bisa berlari dengan percaya diri. Mulailah !! sebelum akhir datang menghampiri !!      

ffan        

3 komentar untuk "Membumikan Pendidikan Literasi"